Potensi Laut Indonesia senilai 7.200 Triliun
Tak salah jika satu diantara visi pemerintahan Presiden Jokowi adalah menjadikan Indonesia sebagai Negara maritim terbesar di dunia. Menurut Indonesia Maritime Institute (IMI) potensi laut Indonesia mencapai enam kali lipat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, meskipun Indonesia merupakan negara yang kaya laut, tapi potensi kelautannya belum dimanfaatkan secara maksimal.Total potensi ekonomi maritim Indonesia diperkirakan mencapai Rp 7.200 triliun per tahun, atau 3,5 kali lipat dari APBN 2015 (Rp 2000 triliun). Potensi kelautan yang begitu besar pada dasarnya dapat mendorong lapangan
Kamis, 9/4/2015 03:00 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:05 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:35 WIB
Rabu, 9/10/2013 12:00 WIB
Tak salah jika satu diantara visi pemerintahan Presiden Jokowi adalah menjadikan Indonesia sebagai Negara maritim terbesar di dunia. Menurut Indonesia Maritime Institute (IMI) potensi laut Indonesia mencapai enam kali lipat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, meskipun Indonesia merupakan negara yang kaya laut, tapi potensi kelautannya belum dimanfaatkan secara maksimal.Total potensi ekonomi maritim Indonesia diperkirakan mencapai Rp 7.200 triliun per tahun, atau 3,5 kali lipat dari APBN 2015 (Rp 2000 triliun). Potensi kelautan yang begitu besar pada dasarnya dapat mendorong lapangan kerja, ditaksir kebutuhan lapangan kerja yang akan tersedia sekitar 30 juta orang . Namun, lantaran tidak dikelola dengan baik, maka hasilnya pun masih minim. Dengan luas lautan yang hampir 70% dari total keseluruhan luas negara Indonesia,dan 14 persen dari terumbu karang dunia ada di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya, tetapi belum banyak dipahami betul nilainya bagi peningkatan perekonomian bangsa Indonesia.
Terumbu karang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia yang memiliki struktur alami serta mempunyai nilai estetika yang tiada taranya. Selain sebagai lingkungan yang alami, terumbu karang juga mempunyai banyak manfaat bagi manusia dalam berbagai aspek ekonomi, sosial dan budaya. Segitiga Terumbu Karang yang disebut juga sebagai “Amazon of the Seas” mencakup wilayah perairan tengah dan timur Indonesia, Timor Leste, Filipina, Sabah-Malaysia, Papua Niugini, dan Kepulauan Salomon diperkirakan dihuni sekitar 3.000 spesies ikan. Sayangnya, ternyata banyak terumbu karang yang rusak. Menurut data dari Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang di Indonesia atau Coral Reef Rehabilitation Management Program Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (COREMAP LIPI), hanya 6,83 persen dari 85.707 km2 terumbu karang yang ada di Indonesia berpredikat sangat baik (excellent). Terumbu karang yang sangat baik itu tersebar di 556 lokasi. Sungguh sangat disayangkan sekali, kekayaan alam yang sangat berlimpah di negeri ini, tidak kita jaga dengan baik, dan kita lestarikan keberadaannya. Oleh sebab itu perlu adanya peran pemerintah untuk menjaga dan melindungi terumbu karang yang merupakan tempat berlindungnya ikan dan juga sebagai tempat pemijahan ikan. Pemerintah perlu mengawasi dan melarang nelayan yang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan pukat harimau, pemboman,dan menggunakan zat berbahaya yang dapat merusak terumbu karang serta ekosistem laut.
Kekayaan laut Indonesia memiliki potensi yang tinggi, baik dari segi perdagangan hasil laut, maupun dari segi pariwisata. Dengan keaneka ragaman dan berlimpahnya kekayaan laut negeri ini, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor ikan, udang dan berbagai jenis hewan laut lainnya untuk dikirim ke luar negeri agar dapat diolah sebagai bahan makanan. Ikan-ikan hasil laut Indonesia sudah banyak di kirim ke Jepang, China, Korea dan beberapa negara lain di benua Asia, bahkan sudah menembus benua Amerika. Dari hal tersebut, kita dapat berpendapat bahwa kekayaan laut Indonesia tidak hanya indah, tetapi memiliki kualitas internasional, sehingga banyak negara asing yang menyukai mutu ikan-ikan dari laut Indonesia. Selain itu untuk menghijaukan permukaan bumi, perlu memperbaiki ekosistem laut sebagai upaya meredam panas bumi. Pada dasarnya laut mampu mengubah air kotor menjadi nutrient, melenyapkan zat polutan air, mengubah karbon dioksida menjadi makanan dan oksigen. Akan tetapi eksploitasi hasil laut secara berlebihan (overfsihing) dapat menyabotase ekosistem laut sehingga lingkungan laut menjadi tidak stabil, kemampuan laut memproduksi hasil laut semakin menurun. Untuk memulihkan kondisi tersebut dibutuhkan penambahan wilayah konservasi laut. Indonesia sangat berkepentingan dengan konservasi laut mengingat posisinya termasuk dalam wilayah triangel coral reef. Lebih dari 18 persen terumbu karang dunia yang menjadi tempat berkembang biaknya ikan tuna, dan ribuan spesies laut lainnya berada di wilayah perairan nusantara. Hutan Amazone bawah laut itu, lokasinya terbentang dari utara Kalimantan, Kepulauan di Filipina, Halmahera, Papua Niugini, Kepulauan Solomon, Kepulauan Arafura, Timor Leste, selatan Nusatenggara, Selat Bali hingga selatan Kalimantan dengan luas 75.000 kilometer persegi. Keberadaan kawasan konservasi memang penting, akan tetapi hal itu seharusnya tidak membatasi akses nelayan untuk memanfaatkan sumber daya laut. Konservasi laut umumnya dimanfaatkan untuk wisata bahari. Taman Nasional Laut atau Taman Wisata Laut pada kenyataannya menutup ruang gerak nelayan. Pemanfaatannya untuk wisata bahari telah memutus wilayah tangkap nelayan dan mengesampingkan peran masyarakat pesisir.
http://www.pusakaindonesia.org