Michi No Eki, Sebuah Konsep Rest Area bagi Pengguna Jalan
Jum'at, 3/3/2017 8:30 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:05 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:35 WIB
Rabu, 9/10/2013 12:00 WIB
Michi no Eki bertujuan untuk memberikan kontribusi terhadap keselamatan dan kenyamanan di jalan, di lengkapi dengan media untuk mempromosikan produk-produk dan aktivitas lokal. Prinsip-prinsip dari Michi no Eki adalah menyediakan fasilitas untuk beristirahat (refresh), komunitas (community), dan pelayanan informasi (information).
Sejak Michi no Eki pertama ada pada tahun 1993, hingga saat ini di Jepang terdapat kurang lebih 987 buah Michi no Eki. Pemerintah Jepang mensyaratkan pembangunan Michi no Eki antara lain:
-
Lokasi terdapat di tepi jalan raya dan mudah di akses oleh pengguna jalan;
-
Pelayanan meliputi tempat parkir, toilet, telepon umum, ruang informasi;
-
Memiliki fasilitas tempat parkir yang luas dan bisa digunakan pengendara secara gratis. Toilet yang bersih, ruang informasi yang menyediakan mengenai informasi lalu lintas dan komunitas lokal serta fasilitas penunjang seperti restoran, mini market yang menyediakan produk-produk lokal seperti produk pertanian, kerajinan dan lain-lain yang di operasikan oleh masyarakat/komunitas lokal;
-
Penanggung jawab fasilitas yang dioperasikan oleh komunitas adalah pemerintah daerah atau lembaga kemasyarakatan;
-
Pertimbangan pendirian Michi no Eki adalah akses yang mudah baik oleh anak-anak, orang dewasa, orang tua maupun difable serta memperhatikan tata ruang setempat.
-
Perawatan fasilitas secara keseluruhan, misalnya toilet harus selalu bersih dan dapat digunakan secara aman dan nyaman;
-
Membantu pemerintah dalam hal mengumpulkan dan menyebarkan informasi lalu lintas;
-
Mendidik dan melatih staff humas dengan tujuan meningkatkan kualitas informasi yang ditawarkan;
-
Membuat kolaborasi yang saling menguntungkan untuk meningkatkan fungsi dan fasilitas Michi no Eki secara keseluruhan.
Michi no Eki merupakan suatu konsep kerjasama pemerintah dengan swasta di mana masyarakat/komunitas lokal dapat berperan secara independen dalam pengelolaannya, khususnya didaerah pinggiran dan perdesaan yang dilalui oleh jalan raya. Peran masyarakat antara lain dalam penyediaan layanan seperti restoran, stan yang menjual produk-produk lokal seperti produk pertanian, makanan tradisional, barang-barang kerajinan, barang kebutuhan pengendara selama dalam perjalanan dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa Michi no Eki akan memberikan pengendara suatu pengalaman unik dan berciri khas lokal selama beristirahat, sementara disisi lain masyarakat lokal mendapatkan keuntungan komersial melalui penjualan produk. Michi no Eki menuntut keterlibatan dan peran serta aktif dari masyarakat setempat, sehingga diharapkan tujuan pemberdayaan masyarakat lokal dan penciptaan lapangan kerja baru dapat terwujud.
Michi no Eki kini telah berkembang menjadi ide yang diterapkan di banyak negara sebagai penerapan rest area yang lebih teritegrasi dengan masyarakat dan daerah di sekitarnya. Di Indonesia sendiri, konsep ini menjadi preseden dalam membawa konsep ‘Anjungan Cerdas’ menjadi sebuah rest area yang memiliki aktivitas dan layanan yang mengangkat potensi lokal. Beberapa yang telah direncanakan yakni Anjungan Cerdas Rambut Siwi Kabupaten Jembrana dan Anjungan Cerdas Bendungan Tugu Kabupaten Trenggalek yang direncanakan dapat selesai pada tahun 2018.
Semakin meningkatnya jumlah pengendara yang menempuh perjalanan jauh melalui jalan darat membuat pemerintah Jepang memandang perlu untuk menyediakan rest area sebagai tempat para pengendara untuk beristirahat. Berangkat dari pemikiran tersebut, terciptalah Michi no Eki sebuah konsep rest area yang menyediakan tempat beristirahat nyaman dan layanan berkualitas lainnya bagi pengguna jalan, dengan melibatkan peran serta masyarakat lokal.