Mendalami Semboyan "Tutwuri Handayani" dalam Pembangunan Infrastruktur
Jum'at, 5/5/2017 17:05 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:05 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:35 WIB
Rabu, 9/10/2013 12:00 WIB
Hal ini bisa saja karena para praktisi pendidikan makin menjauh dari pemikiran, praktik, dan pengajaran yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara. Salah satu slogan nya yang terkenal, “Tut Wuri Handayani”(yang di belakang memberi kekuatan) hanya menjadi sebatas kata-kata. Belum ditambah lagi dengan keterbatasan akses pendidikan bagi kalangan yang kurang beruntung. Di sinilah kemajuan infrastruktur dan teknologi memiliki kedudukan penting bagi pendidikan. Jalan dan sarana transportasi adalah dua dari penyokong utama aksesibilitas manusia. Bagaimana siswa bisa menuju sekolahnya bila tidak ada jalan atau sarana transportasi memadai? Lalu bagaimana siswa bisa termotivasi untuk melunasi kewajiban belajar 9 tahun apabila tidak bisa mengakses sarana pendidikannya? Hal ini perlu diatasi bersama, mengingat pendidikan merupakan salah satu faktor penanda kemajuan sebuah bangsa. Pemerintah perlu lebih mendalami lagi makna “Tut Wuri Handayani” sebagai pemberi daya kekuatan dan dorongan bagi pelaku pendidikan, dengan membuat kebijakan dan mengimplementasikan dengan bertanggung jawab.
Hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 Mei, merupakan peringatan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yang juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Berbicara mengenai pendidikan, mari kita melihat bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia. Indonesia menempati peringkat 113 dalam Human Development dengan skor Human Development Index sebesar 0,689 (UNDP, 2016). Angka harapan sekolah di Indonesia hanya sejumlah 12,9 tahun dari program wajib belajar 9 tahun yang diamanatkan oleh Kemendikbud. Sementara angka rata-rata lama sekolah hanya mencapai 7,9 tahun, yang berarti hanya sampai kelas 1 SMP.