"Judesa" Cocok Dibangun di Desa Terpencil
Indonesia memiliki lebih dari 80 ribu desa sampai saat ini. Setiap desa, setidaknya membutuhkan tiga hingga empat jembatan untuk menyeberangi sungai, dan mengakses fasilitas lainnya dalam satu wilayah. Kebutuhan jembatan di desa terpencil sangat besar karena masyarakat memerlukan prasarana yang sering tidak tersedia di desa seperti sekolah dan puskesmas. Dari hasil penelitian Balitbang, Desa Cihawuk dan Desa Cibeureum di Bandung adalah contoh desa yang perlu fasilitas infrastruktur berupa jembatan. Pasalnya, di kedua desa tersebut, puskesmas dan sekolah menengah
Kamis, 30/04/2015 10:00 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:05 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:35 WIB
Rabu, 9/10/2013 12:00 WIB
pertama hanya ada satu, yaitu di Desa Cibeureum. Sebelum dibangun Judesa anak-anak SMP di Cihawuk, menyeberang melewati sungai ke Desa Cibeureum. Desa Cibeureum dan Desa Cihawuk cocok sebagai contoh pembangunan Jembatan untuk Desa-Asimetris atau Judesa. Sebelum dibangun Judesa, masyarakat membangun jembatan dari kayu seadanya. Jembatan kayu yang dibangun masyarakat letaknya dekat dengan aliran sungai. Dengan demikian, sangat rawan diterjang oleh air bah saat hujan deras. Jembatan tersebut, setidaknya sudah diperbaiki 5 kali dalam kurun waktu empat bulan. Dibandingkan dengan jembatan kayu, Judesa lebih kokoh strukturnya karena memiliki panjang 42 meter dan lebar 1,8 meter. Standar beban adalah untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda motor. Judesa juga mampu mengakomodasi beban maksimal hingga 120 ton.
Bangunan atas Judesa terbagi menjadi tiga komponen yaitu sistem lantai, batang penggantung, serta kabel utama dan ikatan angin. Sistem lantainya memiliki tipe modul baja berukuran 0,9 meter x 2 meter. Ada pun bangunan bawah Judesa berupa pondasi dangkal/sumuran, dengan mutu beton siklop K-200. Judesa sendiri disebut asimetris, karena pondasinya hanya berada di satu sisi. Keuntungannya, pembangunan menjadi lebih mudah karena pengangkutan bahan material hanya dilakukan pada satu sisi atau satu arah. Selain dalam hal pengangkutan material, pembangunan juga lebih mudah akibat pengurangan komponen sistem pengaku ikatan angin. Pasalnya, sistem ini memanfaatkan struktur lantai monolit yang cukup kaku terhadap gaya lateral. Apalagi, dengan sistem prefabrikasi, material bisa disiapkan di pabrik sehingga lebih cepat dalam proses pengerjaan. Total pengerjaan jembatan di lokasi adalah sekitar 3-4 bulan. Dengan keunggulan lain Judesa adalah dengan tiang tunggal di satu sisi, biaya material struktur jembatan juga berkurang. Biaya pembangunan Judesa senilai Rp 370 juta.