top of page
Entikong, Jalur Sutera Indonesia-Malaysia

Kamis, 6/4/2017 11:00 WIB

Kamis, 12/3/2015 9:05 WIB

Kamis, 12/3/2015 9:35 WIB

Rabu, 9/10/2013 12:00 WIB

Ibu kota Kecamatan Entikong berada di Desa Entikong. Kecamatan Entikong mempunyai luas 506,89 km2 dan secara administratif Kecamatan Entikong terdiri dari 5 desa dan 18 dusun. Desa Entikong adalah desa yang sangat dekat dengan perbatasan Indonesia - Malaysia khususnya kota Khucink, Serawak - Malaysia. Selain dengan Malaysia, Entikong juga berbatasan dengan negara Brunei Darussalam. Jauhnya jarak wilayah ini dari ibukota membuat kehidupan masyarakatnya sangat berbeda dengan wilayah lain di Indonesia yang lebih maju. Masalah utama bagi masyarakat di sini yang sebagian besar terdiri dari suku Dayak bidayuh adalah sulitnya sarana perhubungan, minimnya fasilitas umum termasuk sinyal, serta permasalahan nasionalisme di mana banyak masyarakat yang lebih tahu dan nyaman dengan mata uang, pusat perbelanjaan, dan barang-barang dari negara tetangga yaitu Malaysia. Banyak diantara mereka yang mengalami krisis kewarganegaraan. Bahkan, tidak tanggung-tanggung 250 orang WNI telah berpindah kewarganegaraan menjadi kewarganegaraan Malaysia (kompas.com) .

Entikong adalah nama dari sebuah kecamatan di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Indonesia. Wilayah perbatasan ini memiliki jalur perbatasan darat dengan negara Malaysia khususnya Sarawak sehingga jalur darat sering disebut jalur sutera karena bisa dilewati langsung oleh bus baik dari Indonesia maupun dari Malaysia tanpa harus menyebari sungai maupun laut. Oleh karenanya, banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berasal dari Jawa dan Sumatera menggunakan jalur perbatasan Entikong ini (id.wikipedia.org).

Ibu kota Kecamatan Entikong berada di Desa Entikong. Kecamatan Entikong mempunyai luas 506,89 km2 dan secara administratif Kecamatan Entikong terdiri dari 5 desa dan 18 dusun. Desa Entikong adalah desa yang sangat dekat dengan perbatasan Indonesia - Malaysia khususnya kota Khucink, Serawak - Malaysia. Selain dengan Malaysia, Entikong juga berbatasan dengan negara Brunei Darussalam. Jauhnya jarak wilayah ini dari ibukota membuat kehidupan masyarakatnya sangat berbeda dengan wilayah lain di Indonesia yang lebih maju. Masalah utama bagi masyarakat di sini yang sebagian besar terdiri dari suku Dayak bidayuh adalah sulitnya sarana perhubungan, minimnya fasilitas umum termasuk sinyal, serta permasalahan nasionalisme di mana banyak masyarakat yang lebih tahu dan nyaman dengan mata uang, pusat perbelanjaan, dan barang-barang dari negara tetangga yaitu Malaysia. Banyak diantara mereka yang mengalami krisis kewarganegaraan. Bahkan, tidak tanggung-tanggung 250 orang WNI telah berpindah kewarganegaraan menjadi kewarganegaraan Malaysia (kompas.com) .

 

Sampai tahun 2014 lalu, wilayah perbatasan ini masih bisa dikatakan kurang terfasilitasi dengan baik. Keberadaan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang memprihatinkan disertai prasarana jalan yang buruk menjadi hambatan utama bagi masyarakat yang ingin melintasi perbatasan baik dari maupun ke negara tetangga.

Akan tetapi, setelah berjalannya program Nawacita di era pemerintahan presiden Joko Widodo, wilayah perbatasan pun mulai mendapat angin segar. Dalam poin ke 3 Nawacita pemerintah mulai berkomitmen untuk “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar bagi pembangunan akhir-akhir ini, di mana wilayah perbatasan mulai menjadi fokus pembangunan nasional.

PLBN Entikong adalah salah satu PLBN yang dirombak total oleh pemerintah lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar penampilannya lebih cantik dan membanggakan bagi warga perbatasan.

Pekerjaan konstruksi PLBN Entikong dengan nilai proyek Rp 152,49 miliar ini meliputi lingkup struktur, arsitektur, mechanical, electrical, plumbing, dan elektronika. Pada tahap pertama, pekerjaan difokuskan kepada pembangunan bangunan utama, kargo, utilitas dan pos pemeriksaan.

Proyek ini dikerjakan mulai bulan Agustus 2015 di atas lahan PLBN lama seluas 80.003 meter persegi dengan luas bangunan seluas 19.493 m2 di zona inti, sub inti, dan pendukung. Pada bulan Desember 2016 lalu, tahap pertama telah selesai dan diresmikan langsung oleh presiden Jokowi.

Kendati sudah diresmikan, pembangunan PLBN Entikong tak serta merta berhenti begitu saja. Tahap kedua akan dilakukan pembangunan zona pendukungnya yang berupa kawasan permukiman berikut pasar bersama dengan akses sanitasi dan air bersih pada tahun 2017 dengan anggaran sebesar Rp 420 miliar. Dengan pembangunan kembali PLBN ini, presiden berharap agar harga barang lokal di perbatasan menjadi lebih kompetitif dari negara lain, serta dapat lebih banyak kegiatan ekspor daripada impor.

PLBN Entikong tahun 2016 (Foto: Ardan Adhi Chandra)

 

muhlissuhaeri.blogspot.co.id

PLBN Entikong tahun 2014 (Foto: Septiana Ledysia)

Proyek pelebaran jalan sudah dimulai via foto.metrotvnews.com

bottom of page