Belajar dari Sistem Transportasi Jepang
Tokyo, seperti halnya London, Moskwa dan New York sudah sukses menjadikan transportasi umum sebagai instrumen angkutan massal. Infrastruktur yang mendukung transportasi umum bahkan sudah dibangun sebelum perang dunia kedua, memberi solusi strategis atas padatnya lalu lintas kota. Pengelola Kota Tokyo tidak habis-habisan membangun jalan tol dalam kota atau jalan layang, sebagaimana yang dilakukan pemerintah Jakarta. Yang dilakukan pemerintah Kota Tokyo dalam hal pemenuhan transportasi umum adalah membangun jaringan kereta api bawah tanah yang menjangkau seluruh sendi kota. Kota
Kamis, 23/04/2015 10:00 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:05 WIB
Kamis, 12/3/2015 9:35 WIB
Rabu, 9/10/2013 12:00 WIB
Tokyo bersemangat membangun jaringan transportasi umum yang tampak dari detilnya jaringan serta dalamnya rel kereta. Di Jepang, rel kereta api mencapai lantai enam bawah tanah. Solusi ini efektif, dan menjadikan lalu lintas dan transportasi umum Tokyo lebih baik dari Bangkok dan terutama DKI Jakarta.
Jaringan angkutan antarkota di Jepang umumnya menggunakan kereta api cepat. Kereta api cepat di Jepang bernama Shinkansen dengan kecepatan 270 km per jam. Dengan kecepatan tersebut, Shinkansen dapat menjangkau kota kedua terbesar di Jepang, Osaka (552 km) dalam tempo 2 jam 30 menit. Dengan waktu 2 jam 30 menit tersebut, Shinkansen juga singgah di beberapa kota seperti Yokohama, Nagoya dan Kyoto. Kereta api Shinkansen yang melaju cepat tidak menimbulkan bunyi berisik. Penumpang duduk dan bahkan tidur dengan nyaman. Gerbong kereta api Shinkansen bersih, para petugas melayani para penumpang dengan ramah dan sangat santun sehingga pengguna transportasi umum merasa puas.
Sumber: kompas.com