top of page

Solusi Masalah Transportasi di Era IT


Perkembangan information and technology (IT) memberikan dampak pada aktivitas sehari-hari masyarakat. Penggunaan IT yang tepat tentunya akan memberikan dampak positif, namun tidak dapat dipungkiri perkembangan IT pun juga dapat memberikan dampak negatif bagi penggunanya. Salah satu aspek yang sangat erat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan mengikuti perkembangan IT saat ini yaitu pada bidang transportasi. Transportasi online merupakan salah satu pemanfaatan perkembangan IT saat ini. IT memiliki potensi menjadi alat dalam solusi masalah transportasi di Indonesia dengan memiliki berbagai dampak positif, seperti pengurangan tingkat kemacetan, efisiensi lahan parkir, dan lain sebagainya.

 


Profil Pembicara

Ir. Muslich Zainal Asikin, M.B.A., M.T. adalah Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia. Beliau merupakan lulusan Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan International Business & International Trade, Pacific Asian Management Institute, University of Hawaii, Amerika Serikat. Beliau aktif sebagai pengurus pada Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Keluarga Alumni UGM, dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, terutama pengembangan jaringan usaha UKM. Selain itu beliau juga aktif sebagai trainer asesor kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang kerap mendampingi program-program pemberdayaan masyarakat perdesaan dan perkotaan di bidang perkoperasian, transportasi publik, jaringan ekonomi rakyat, agribisnis, peternakan dan pengembangan kewirausahaan sejak 1975.

 



Materi Inti


Buku “Solusi Masalah Transportasi di Era IT” ini merupakan buku yang mengangkat tentang IT sebagai alat solusi masalah-masalah transportasi. Di dalam buku ini terdapat pembahasan terkait dengan peraturan-peraturan di bidang transportasi, perkembangan transportasi online, dan praktik baik transportasi di negara-negara maju.


Direncanakan akan terbit pada akhir Bulan Maret 2018, buku ini dapat menjadi sebuah referensi pada bidang transportasi, baik bagi pemerintah, akademisi, maupun masyarakat secara umum.

 

Perkembangan transportasi online di Indonesia menuai pro dan kontra dari kalangan para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah dan masyarakat secara umum. Berikut beberapa pertimbangan mengenai perbedaan antara taksi online dan taksi reguler.


1. Bisnis model taksi online.

Bisnis model transportasi online di Indonesia bukan berbentuk bisnis transportasi, namun lebih kepada bisnis aplikasi. Sistem bagi hasil antara perusahaan aplikasi, warung atau toko penyediaan barang/jasa, dan pengemudinya menjadi bentuk bisnis model transportasi online di Indonesia. Sedangkan kalau di Eropa, Uber (transportasi online) berkembang menjadi perusahaan transportasi. Hal tersebut dapat mendukung transportasi online semakin berkembang.


2. Masalah tarif.

Tarif menjadi salah satu pertimbangan masyarakat dalam memilih moda transportasi umum. Transportasi umum yang ada seringkali memiliki tarif yang tidak menentu, termasuk taksi yang menggunakan argo. Terkadang, penumpang membayar tarif di atas argo yang tercantum dikarenakan adanya batas minimal tarif perjalanan dan nominal argo tidak mencapai batas minimal tersebut.


Pada transportasi online, penumpang sudah mendapatkan kepastian tarif pada awal pemesanan. Besarnya tarif transportasi online tergantung pada ketersediaan pengemudi pada waktu pemesanan. Jika ketersediaan pengemudi terbatas, maka tarif akan melonjak tinggi. Namun, jika ketersediaan pengemudi banyak, maka tarif akan menjadi lebih murah. Dalam hal ini, berdasarkan pendapat ahli ekonomi, sebaiknya pemerintah tidak melakukan intervensi terhadap tarif, jika ada intervensi maka akan terjadi distorsi. Bila pemerintah ingin mengendalikan tarif transportasi online, maka sebaiknya dilakukan intervensi mengunakan IT juga, seperti misalnya penggunaan untuk pembatasan kuota jumlah pengemudi yang beroperasi.


3. Sharing economy & sharing mobility.

Di Indonesia, dalam 1 tahun diperkirakan terdapat pertambahan sekitar 1,2 juta mobil. Bila dibandingkan dengan negara maju seperti Singapura, jumlah kendaraan di Indonesia masih di bawah jumlah kendaraan di Singapura. Namun, tingkat kemacetan di Indonesia tergolong tinggi. Hal tersebut dikarenakan di Indonesia mayoritas masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum. Berbeda dengan negara-negara maju yang tingkat penggunaan kendaraan pribadinya tergolong rendah dan mayoritas masyarakat menggunakan transportasi umum, sehingga tingkat kemacetan dapat berkurang.


Sharing mobility merupakan salah satu solusi pengurangan tingkat kemacetan di Indonesia. Lebih efisiennya pergerakan masyarakat melalui sharing mobility dan berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi setiap harinya akan berdampak signifikan pada pengurangan tingkat kemacetan. Salah satu bentuk sharing mobility yaitu ride sharing. Konsep ride sharing bukan untuk melarang masyarakat untuk mempunyai kendaraan, tetapi lebih kepada pengurangan atau pembatasan penggunaan kendaraan pribadi setiap harinya. Masyarakat didorong untuk menggunakan transportasi umum. Melalui ride sharing ini, masyarakat juga dapat berkendara dengan kerabatnya yang memiliki tujuan yang sama, sehingga terjadi pengurangan jumlah kendaraan yang beroperasi.


Ride sharing merupakan bagian dari sharing economy. Dengan adanya ride sharing, sumber daya ekonomi di publik akan semakin optimal. Misalnya, di Kota Yogyakarta ada banyak masyarakat yang memiliki usaha makanan lotek. Untuk pemasaran usahanya tersebut tentunya mereka membutuhkan warung dan lokasi yang strategis untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan. Namun dengan adanya ride sharing, mereka dapat berjualan tanpa mempunyai warung atau toko. Dengan pemanfaatan IT di bidang transportasi, penjualan dapat dilakukan menggunakan ride sharing. Persebaran ekonomi yang ada dapat berkembang dengan adanya transportasi sebagai unsur penunjang.


4. Keselamatan penumpang.

Keselamatan penumpang merupakan aspek utama yang harus diperhatikan bagi penyelenggara transportasi umum. Kesan transportasi umum yang seringkali berkendara dengan ugal-ugalan, kondisi kendaraan yang tidak nyaman, maupun kejadian hilangnya atau tertinggalnya barang yang sulit untuk dilacak menjadi beberapa alasan masyarakat enggan menggunakan transportasi umum dan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Berkembangnya transportasi online (taksi online) di Indonesia menjadi salah satu pilihan transportasi umum bagi masyarakat. Taksi online juga menjadi solusi peningkatan keselamatan penumpang. Dengan penggunaan IT, penumpang dapat dengan mudah melacak dan menghubungi pengemudi jika mengalami barang tertinggal. Selain itu, kenyamanan dan keamanan penumpang juga terjaga dengan adanya sistem peringatan dari server taksi online jika pengemudi berkendara secara ugal-ugalan.

 

Selain mengurangi angka kemacetan, sharing mobility juga berdampak pada penurunan biaya transportasi. Sebagaimana ilustrasi yang digambarkan oleh Alphabeta (2017), biaya transportasi yang dikeluarkan melalui ride sharing lebih rendah dibandingkan dengan biaya transportasi dengan kendaraan pribadi. Seperti misalnya juga dengan layanan aplikasi Go Send. Dengan memanfaatkan layanan aplikasi tersebut tentunya pengguna akan menjadi lebih efisien, baik dari segi biaya, waktu, dan tenaga, dalam melakukan keperluan mengantar atau mengambil barang.

 

Saat ini, Kota Jakarta menjadi daerah dengan angkutan publik terbaik di Indonesia. Namun berdasarkan data, baru sekitar 40% wilayah yang terlayani angkutan publik. Sebagai akibat dari mayoritas wilayah belum terlayani oleh angkutan publik, setiap tahunnya sekitar 8 juta motor di jual di Indonesia. Peningkatan jumlah kendaraan pribadi pun semakin meningkat dan akan berdampak pada peningkatan angka kemacetan. Sharing mobility menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

 

Kemacetan menjadi salah satu isu di kota-kota besar di berbagai negara. Ride sharing menjadi salah satu solusi pengurangan angka kemacetan. Pada grafik, terlihat perbandingan persentase tingkat kemacetan di jalan sebelum dan sesudah penerapan ride sharing. Penurunan tingkat kemacetan sesudah ride sharing terlihat sangat signifikan. Hal tersebut juga telah dibuktikan di New York yang menerapkan ride sharing sehingga berdampak pada penurunan kemacetan yang sangat signifikan.


Selain itu, pengembangan transportasi publik berupa bis kota yang dapat mengangkut masyarakat dalam jumlah banyak juga dapat membantu pengurangan tingkat kemacetan di jalan. Namun sistemnya, bis kota hanya diperbolehkan parkir atau beristirahat di pinggiran kota, bukan di pusat kota. Jadi bis kota hanya keliling di pusat kota untuk mengangkut dan menurunkan penumpang saja. Hal tersebut juga akan menjadikan lahan-lahan di pusat kota menjadi lebih optimal dan produktif, karena kebutuhan akan lahan parkir akan berkurang.





Sesi Diskusi

  • Transportasi online (taksi online) cenderung memiliki tarif yang sangat murah. Hal tersebut ditakutkan bahwa itu merupakan tarif predator. Tarif predator (predatory pricing) merupakan strategi pengenaan tarif yang sangat murah dengan tujuan untuk menyingkirkan para pesaing dan menghambat pesaing baru masuk ke dalam arena persaingan industri transportasi online. Selain itu, murahnya tarif yang ditawarkan oleh taksi online membuat taksi konvensional kalah bersaing. Hal tersebut terlihat salah satunya dari berkurangnya pengunjung bandara yang menggunakan taksi konvensional.

  • Adanya peraturan mengenai tarif batas bawah dan batas atas bagi transportasi online menjadi salah satu solusi untuk mencegah terjadinya tarif predator. Dengan adanya aturan tersebut, tarif antara taksi online dengan taksi konvensional pun sebaiknya tidak terlalu jauh berbeda. Namun, sebaiknya hal tersebut jangan terlalu terburu-buru diatur oleh pemerintah karena ditakutkan akan menyebabkan distorsi. Biarkan saja sistem pasar yang berjalan, namun jika akhirnya menimbulkan dampak negatif maka diperlukan intervensi oleh pemerintah.

  • Terdapat beberapa kejadian dimana kendaraan dan pengemudi transportasi online tidak sama dengan yang tercantum dalam aplikasi. Hal tersebut harus menjadi perhatian karena menyangkut keselamatan penumpang. Adanya aturan mengenai penggunaan SIM dan STNK umum serta uji KIR bagi transportasi online menjadi salah satu intervensi pemerintah dalam mengatur dan mengelola perkembangan transportasi ini. Namun dengan adanya aturan tersebut, banyak pengemudi transportasi online yang tidak setuju sehingga memilih untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai pengemudi transportasi online.

  • Terkait dengan pajak, di Indonesia masih terdapat banyak penghasilan-penghasilan yang tidak resmi sehingga tidak dilaporkan, seperti misalnya penghasilan pengemudi transportasi online. Di Indonesia, ada pajak penghasilan sebagai lembaga atau badan usaha dan pajak penghasilan perorangan. Berdasarkan peraturan, untuk pajak penghasilan perorangan dilakukan secara self assessment. Jadi setiap pengemudi transportasi online wajib melaporkan total jumlah penghasilannya selama satu tahun, karena bisa saja pengemudi yang laris sudah memiliki total penghasilan diatas batas minimal penghasilan kena pajak. Oleh sebab itu, yang diperlukan adalah upaya untuk membangun kesadaran dan kepatuhan para pengemudi transportasi online untuk selalu lapor dan bayar pajak penghasilannya.

  • Semakin berkembangnya transportasi online, maka jumlah pengemudi yang beroperasi juga semakin banyak. Hal tersebut juga akan mempengaruhi tarif dan semakin meningkatnya persaingan, baik antara sesama transportasi online maupun dengan transportasi umum konvensional. Oleh sebab itu, sebaiknya terdapat pengaturan mengenai kuota jumlah pengemudi yang sedang beroperasi.

  • Adanya sistem penilaian kepuasan pelanggan pada aplikasi taksi online menjadi salah satu keunggulannya dibandingkan dengan taksi konvensional. Dengan adanya sistem penilaian kepuasan tersebut, pengemudi akan berusaha untuk memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada penumpang. Masyarakat sebagai konsumen pun menjadi merasa nyaman dan aman saat menggunakan taksi online.

  • Persaingan antara taksi online sudah mulai terlihat. Seperti misalnya, pengemudi Uber memesan Grab yang kemudian dibatalkan atau memberikan penilaian berupa jumlah bintang yang rendah. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjatuhkan saingan sesama taksi online. Untuk mengatasi hal tersebut, pengemudi yang mendapatkan penilaian jelek dari penumpangnya, dapat melakukan pengecekan melalui sistem dengan menyelidiki nomor yang terekam.

  • Saat ini, kondisi angkutan publik di Indonesia masih kurang baik. Hal tersebut terlihat dari semakin maraknya pengguna transportasi online. Padahal di beberapa negara, seperti misalnya di Australia, angkutan publik di pusat kota itu gratis. Angkutan publik gratis bisa saja diterapkan di Indonesia, tergantung bagaimana kebijakan dari pemimpin. Kalau angka kemacetan dan subsidi BBM menurun dengan semakin meningkatnya penggunaan angkutan publik, maka biayanya dapat dialihkan untuk membiayai angkutan publik gratis.

  • Kebutuhan lahan atau gedung parkir akan semakin berkurang seiring meningkatnya penggunaan angkutan publik. Seperti misalnya di Jepang yang tidak memfasilitasi lahan-lahan parkir di area gedung. Selain itu di Amerika, stadion sepak bola yang dapat menampung banyak orang, hanya memiliki lahan parkir yang relatif kecil. Hal tersebut dikarenakan masyarakatnya mayoritas menggunakan angkutan publik, bukan kendaraan pribadi.

  • Masalah di bidang transportasi tidak hanya menjadi urusan Kementerian Perhubungan saja, melainkan dibutuhkan kerjasama yang baik dengan kementerian-kementerian lainnya, seperti misalnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Keuangan, dan lain-lain.








bottom of page