top of page

Formless Design: a Reflection on The Contemporary Urban Design


Urban design merupakan bidang yang berada di antara Arsitektur dan Perencanaan Kota. Lingkupnya lebih luas daripada Arsitektur, namun lebih sempit daripada Perencanaan Kota, dan tentunya dengan tingkat detail yang berbeda pula. Perkembangannya di saat ini seringkali menjadi tempat berkecimpungnya berbagai para ahli dari berbagai bidang keilmuan.

Dengan munculnya tren dan selera manusia yang baru di era modern ini, beragam konsep desain pun bermunculan. Salah satunya adalah “Formless Design” (desain tanpa bentuk).Sarasehan yang diselenggarakan HRC kali ini, pada tanggal 31 Januari 2017 mengundang Mr. Dao-Ming Chang dari Taiwan dengan tema “Formless Design: A Reflection on the Contemporary Urban Design”. Mr. Dao Ming, begitu beliau disapa merupakan lulusan S2 Universitas Leuven Belgia. Sarasehan kali ini banyak ilmu yang disampaikan oleh Mr. Dao Ming dari hasil pengalamannya sebagai Urban Architect di Eropa dan di China selama bertahun-tahun. Peserta lecture yang terdiri dari berbagai kalangan pemerhati isu perkotaan datang dari berbagai instansi yang sangat antusias dan mereka mampu menangkap materi yang disampaikan oleh narasumber. Berikut adalah poin-poin penting sarasehan yang disampaikan oleh Mr. Dao Ming:

1. Formless urban design, yakni desain ruang publik yang saling menyambung tanpa batas-batas yang rigid perlu diterapkan di setiap desain ruang publik di perkotaan.

2. Setiap ruang kosong di perkotaan harus dimanfaatkan, terutama untuk fungsi publik sehingga memunculkan ‘kosakata’ baru dalam pemanfaatan ruang (Bernando Secchi).

3. Profesi urban designer memiliki definisi yang berbeda-beda di tiap negara. Kewenangannya masih samar, namun melibatkan banyak bidang ilmu (multidisipliner) sehingga cukup menantang untuk ditekuni.

4. Karakteristik public space yang baik antara lain:

  • Ruang publik tersebut mampu menjaga nilai-nilai sejarah kawasannya

  • Tetap terhubung antara satu dengan yang lainnya (tanpa pagar, tanpa gerbang)

  • Memiliki identitas yang unik (stay diverse)

  • Memiliki water treatment yang baik, yakni air tidak boleh langsung mengalir namun harus diresapkan ke dalam tanah

  • Menggunakan semua lahan yang tersedia

Selain itu, Mr. Dao Ming juga membagikan pengalamannya selama bekerja di kota Reinne di Perancis dan kota Suzhou di China. Beliau menangani proyek public space di Reinne selama 4 tahun, dan penghidupan kembali (revival) kawasan tepi Grand Canal di Suzhou selama 4 bulan sampai sekarang. Menurutnya, peran Urban Architect di Indonesia akan sangat kondusif untuk dikembangkan mengingat konstitusi negara kita yang demokratis. Hal ini berbeda dengan di China tempat ia bekerja sekarang, dimana sebagai sebuah negara yang otoriter China hanya memiliki pemerintah sebagai pengambil keputusan. Kaum profesional (perencana kota, urban architect) hanya sebatas pengusul rancangan, sedangkan masyarakat hanya bisa masuk pada perencanaan skala kecil saja.

bottom of page