Regenari Lanskap Paska Penambangan di Krugersdrop, West Rand Afrika Selatan
HRC kembali mengadakan public lecture dengan tema “Regenerasi Lanskap Paska Penambangan di Krugersdrop, West Rand, Afrika Selatan”, hari Selasa, 13 September 2016 . Pembicara public lecture kali ini adalah Vidya Spaye, ST., MSc., peneliti HRC dan dosen teknik arsitektur UTY Yogyakarta. Tema ini merupakan penelitian thesis pembicara ketika menempuh program masters di Universitas Leuven, Belgia.
Senin, 19/09/2016 14:00 WIB
Tidak ada konten untuk ditampilkan.
Krugersdrop merupakan salah satu kota di Afrika Selatan yang perekonomiannya bertumpu pada hasil dari penambangan emas. Saat ini proses penambangan yang terjadi sudah mengalami fase akhir penambangan. Pertambangan yang ada dilakukan oleh perusahaan pertambangan nasional sehingga keuntungan dari pertambangan dapat dirasakan oleh masyarakat lokal. Perekonomian Afrika Selatan dari sebelumnya yang masih berstatus negara berkembang sekarang sudah menjadi negara yang lebih maju. Peningkatan ekonomi menyebabkan peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan akan lahan permukiman bertambah, sehingga banyak kota di Afrika yang merupakan lahan bekas tambang menjadi kota padat penduduk.
Lahan yang ditinggalkan bekas proses pertambangan dan sekitarnya yang terkena dampak digunakan oleh masyarakat lokal sebagai lahan untuk permukiman dan pertanian. Padahal lahan tersebut sudah menurun kualitas lingkungannya dan berbahaya bagi manusia yang tinggal disana karena akan terpapar oleh kandungan zat kimiawi hasil pertambangan. Mulai dari meningkatnya volume tanah dan air yang terkontaminasi AMD, mata air yang naik permukaan karena rusaknya struktur tanah, sumur-sumur paska penambangan yang cukup dalam, kubangan serta gunungan tambang (open pits and dumps), serta debu dan asap berbahaya yang dihasilkan dari proses tambang. Hal ini akan berpengaruh pada kesehatan masyarakat yang tinggal di area tersebut dan sekitarnya.
Maka dari itu perlu adanya tindakan yang dapat menjadi solusi dalam menangani permasalahan tersebut. Mulai dari reklamasi lanskap yang cukup lama proses pengerjaannya dan memakan biaya yang tidak sedikit. Kemudian bisa juga dengan proses regenerasi lahan dengan upaya mengembalikan kondisi lahan tambang secara keseluruhan seperti semula baik dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pada proses regenerasi terdapat dua teknik yang digunakan pertama passive treatment technology dengan white land yang dapat memakan waktu 75 sampai 100 tahun.
Cara lain adalah dengan aplikasi active treatment technology yang memakan biaya cukup mahal. Dalam upaya yang dapat dilakukan pasca kegiatan tambang bisa dari mendesain sistem irigasi dan lanskap pasca tambang, mengidentifikasi volume air yang dikeluarkan pasca tambang, serta bisa juga menerapkan konsep hutan kota di area perkotaan.
Untuk menyusun kembali struktur unsur fisikawi dan kimiawi tanah pasca tambang, Pemerintah Afrika menggunakan rumput Australia. Penggunaan varietas lokal sendiri masih belum digunakan karena belum ada riset mengenai kesesuaian terhadap proses regenerasi lahan pasca tambang. Kemudian struktur bangunan yang ada di lahan pasca tambang juga harus menggunakan material yang tidak korosif untuk menghindari proses reaksi kimiawi yang ada pada material tanah.