Sesi Diskusi
Desa-desa di sekitar Desa Huaxi pada akhirnya ikut berkembang akibat multiplier effect dari majunya Desa Huaxi, salah satunya terkait harga tanah atau properti. Meskipun demikian, desa lain tidak menerapkan sistem yang sama. Perlu dorongan yang kuat dari masyarakat untuk dapat menginisiasi penerapan sistem seperti Desa Huaxi.
Bangunan di Desa Huaxi memiliki arsitektur yang baik secara visual dan kenyamanannya. Apabila melihat kondisi Code yang saat ini sudah sangat padat, mendekati kumuh, dan pemerintah daerah yang belum bisa setegas pemerintah Cina, perlu pendekatan khusus dalam menata kawasan Code supaya bisa mereplikasi keberhasilan Desa Huaxi. Pendekatan ini dapat diawali dengan pendataan, kemudian penataan kawasan dimulai dari daerah Code yang paling potensial sebagai pilot project melalui skema kerja sama dengan investor. Ketika dibangun apartemen warga, penduduk yang mempunyai hak milik atas tanah justru tidak boleh pindah. Tanah yang sebelumnya mereka miliki digantikan dalam bentuk unit apartemen warga, sesuai dengan luasan tanah. Terdapat praktik baik dari penataan sungai Cheonggyecheon di pusat kota Seoul yang dapat diterapkan untuk penataan kawasan Code.
Kesadaran dan inisiatif masyarakat untuk menata kawasan Code dapat dibangun melalui apresiasi terhadap pertimbangan ekonomi dan pelibatan masyarakat secara menyeluruh. Uang atau modal untuk penataan kawasan Code dapat diperoleh melalui swadaya masyarakat. Apabila kemampuan masyarakat terbatas, maka harus dilakukan kerja sama dengan investor. Lantai 1-2 di apartemen dapat dihuni oleh penduduk asli Code, sementara lantai 3 dan seterusnya dapat disewakan. Keuntungannya dapat digunakan untuk mengembalikan modal.
Desa Huaxi dapat berkembang karena adanya sistem koperasi yang kreatif. Warga di Desa Huaxi tidak diberi gaji secara tunai tetapi melalui pembagian SHU yang besarnya sesuai dengan kontribusi masing-masing. Agar prinsip koperasi atau kemakmuran bersama ini dapat diterapkan dengan baik di Code, maka harus ada nilai ekonomi yang ditawarkan kepada masyarakat.
Contoh praktik baik koperasi di Yogyakarta adalah KOPATA. Selama tahun 1979-2000, pemerintah tidak mengeluarkan biaya, namun mendapatkan pasokan Pemasukan Asli Daerah (PAD). KOPATA beroperasi secara mandiri. Untuk menghindari adanya perebutan trayek, maka dilakukan penggiliran jalur trayek atas nama koperasi. Yogyakarta menjadi satu-satunya kota yang transportasi kotanya diinisiasi oleh pemuda.
Catatan Diskusi dengan Ir. Muslich Zainal Asikin, MBA., MT.
Desa Terkaya di Dunia: Belajar dari Huaxi China, dari Desa Miskin Menjadi Desa Terkaya di Dunia
Jum'at, 19/01/2018 19:00 WIB
Profil Pembicara
Ir. Muslich Zainal Asikin, MBA, MT, ahli di bidang transportasi, merupakan lulusan Magister Sistem danTeknik Transportasi, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan International Business & International Trade, Pacific Asian Management Institute, University of Hawaii, Amerika Serikat. Beliau aktif sebagai pengurus pada Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Keluarga Alumni UGM,dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia terutama pengembangan jaringan usaha UKM. Selain itu beliau juga aktif sebagai trainer asesor kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang kerap mendampingi program-program pemberdayaan masyarakat perdesaan dan perkotaan di bidang perkoperasian, transportasi publik, jaringan ekonomi rakyat, agribisnis, peternakan dan pengembangan kewirausahaan sejak 1975. Ketertarikannya dalam bidang pengembangan masyarakat dan pengembangan kota, menghasilkan kontribusi dalam program pembangunan masyarakat perdesaan-perkotaan di Tiongkok, Beijing, dan Shanghai, di tahun 2014, Hongkong, Taiwan, dan Taipei di tahun 1993, dan infrastruktur Indonesia yang bekerja sama dengan AusAid di tahun 2011. Selain itu, beliau juga aktif dalam kegiatan studi, kunjungan lapangan, training, pengembangan usaha kecil, koperasi dan usaha mikro di Eropa seperti Jerman, Hamburg, Muenchen, Koln, dan Berlin sejak tahun 1998.
Pengembangan kawasan desa berangkat dari kemauan masyarakat untuk membenahi kondisi tempat tinggalnya. Pilar utama dalam pengembangan desa meliputi tata ruang desa, manajemen perekonomian desa, kondisi sosial dan budaya desa, mitigasi bencana, dan lingkungan hidup. Dengan kolaborasi antara masyarakat, investor, dan komunitas dalam pengembangannya, Desa Huaxi berhasil bangkit dari kondisi keterpurukan dan membenahi diri menjadi desa terkaya di dunia.
Materi
Desa Huaxi merupakan desa terkaya di Cina yang memiliki luas wilayah 957,6 km2 dan populasi 328.700 penduduk. Nama Huaxi berasal dari nama Sungai Huaxi yang berarti kelokan sungai di kota yang berbukit yang kaya sumber air. Pada awalnya Desa Huaxi merupakan lingkungan perdesaan yang kumuh, namun kemudian tumbuh pesat seiring reformasi ekonomi besar-besaran di Cina dalam 30 tahun terakhir. Perkembangan Desa Huaxi diawali dengan kerja sama antara petani dengan koperasi. Cara kerjanya yaitu dengan mengukur tanah sawah milik petani dan mengusahakannya secara bersama-sama melalui koperasi dengan sistem sewa. Terdapat tiga komponen yang menjadi kunci utama dalam membangkitkan ketertarikan komunitas desa untuk bergabung dalam program ini, yaitu 1) substitusi penghasilan bulanan, 2) penghasilan dari bekerja di lahan bersama, dan 3) distribusi hasil keuntungan panen sesuai proporsinya. Petani mendapatkan bagi hasil sebesar 20% jika mendapatkan keuntungan, sementara jika rugi, mereka tidak menanggung kerugiannya. Cara kerja berdasarkan sistem koperasi ini dapat berjalan dengan baik asalkan ada kepercayaan kepada para pengelola.
Cara kerja dari koperasi di Desa Huaxi adalah sebagai berikut: (1) Upah kerja penduduk tidak diberikan secara tunai melainkan melalui sisa hasil usaha (SHU), sehingga penduduk bekerja keras untuk mendapatkan SHU yang tinggi. (2) Penduduk tidak perlu membayar untuk mengakses seluruh fasilitas yang ada di Desa Huaxi, tetapi dipotong melalui SHU. Dengan demikian, penduduk termotivasi untuk berhemat. (3) Setiap orang akan memiliki besaran SHU yang berbeda. Besaran SHU ditentukan oleh: (a) Jumlah jam kerja. Semakin banyak jam kerja seseorang, SHU yang didapatkan akan semakin besar. (b) Penggunaan terhadap fasilitas. Semakin sering orang menggunakan fasilitas koperasi, maka besaran SHU yang didapatkan orang tersebut akan berkurang. (c) Pembelanjaan produk koperasi. Jika seseorang menggunakan produk koperasi sebagai bentuk pengembangan usaha koperasi, maka kemungkinan dapat memperoleh SHU yang lebih besar.
Penduduk yang meninggalkan Desa Huaxi akan kehilangan asetnya. Hal ini diterapkan untuk menjaga stabilitas perekonomian desa dan mencegah peningkatan urbanisasi. Manajemen koperasi ini membawa dampak positif bagi penataan ruang dan infrastruktur desa. Basis lahan desa Huaxi yang didominasi oleh pertanian mendapatkan saluran irigasi yang lebih efisien, akibat penataan alokasi fungsi lahan serupa yang mengelompok. Pengerjaan lahan pertanian di bawah satu manajemen mengurangi adanya konflik sosial, salah satunya perebutan batas lahan. Hasil panen juga dapat lebih optimal.
Gambar ini mengilustrasikan kondisi permukiman Desa Huaxi di masa lalu (tahun 1960-an), yang terlihat seperti kondisi perdesaan di Indonesia saat ini. Permukiman masih didominasi oleh rumah-rumah yang cenderung kumuh dan belum memiliki perencanaan sarana prasarana yang baik.
Permukiman di Desa Huaxi menjadi cepat berkembang karena proses konstruksi dilakukan oleh komunitas itu sendiri. Penduduk melakukan pembangunan rumah secara massal sehingga biaya yang dibutuhkan untuk setiap rumah menjadi lebih murah. Dari gambar tersebut dapat terlihat pola permukiman dengan bentuk dan gaya arsitektur yang sama. Hal tersebut bertujuan agar permukiman menjadi lebih tertata, terutama untuk perencanaan jaringan jalan yang membentuk pola grid.
Perencanaan setiap rumah di dalam satu permukiman juga dibuat serupa yang bertujuan untuk penghematan energi. Setiap permukiman memiliki fasilitas IPAL komunal, perencanaan jaringan listrik dan air secara terstruktur melalui pipa-pipa yang saling terhubung antar rumah. Selain itu, perencanaan fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah terletak di pusat permukiman sehingga lebih mudah diakses oleh penduduk. Desa Huaxi merupakan desa yang sangat peduli terhadap keberlangsungan lingkungan. Hal tersebut diimplementasikan melalui pengelolaan limbah rumah tangga untuk dijadikan pupuk. Pupuk yang diproduksi kemudian digunakan sebagai pupuk untuk penghijauan di ruang terbuka hijau desa, bahkan diekspor ke luar negeri karena produksi yang sudah berlebih. Pada akhirnya, hal ini memberikan profit bagi Desa Huaxi. Selain itu, juga terdapat pengelolaan air bersih dengan memanfaatkan air yang ada di permukaan, tanpa perlu membuat sumur bor.
Gambar ini menunjukkan landmark Desa Huaxi yang dikenal sebagai Huaxi Tower. Tower ini diperuntukkan sebagai hotel, terdiri dari 74 lantai dan merupakan gedung pencakar langit tertinggi nomor 15 di dunia dengan tinggi 328 meter. Pendanaan pembangunan tower sebesar 50% berasal dari kolektivitas masyarakat asli Desa Huaxi. Tower ini diresmikan tepat pada hari jadi Desa Huaxi yang ke-50 tahun.
Rumah-rumah penduduk Huaxi memiliki fasilitas yang lengkap dan mewah. Hampir seluruh permukiman di desa memiliki fasilitas yang sama dan diperoleh tanpa membayar. Hotel di Desa Huaxi juga memiliki fasilitas hotel bintang lima yang dapat bersaing dengan hotel-hotel mewah di negara-negara lain.
Melalui pendapatan Desa Huaxi yang tinggi, mereka dapat membangun miniatur landmark dari berbagai negara dalam rangka mengembangkan sektor pariwisata desa. Pembangunan landmark-landmark negara tersebut ditujukan sebagai daya tarik wisata bagi turis lokal maupun mancanegara.
Dalam konteks Kota Yogyakarta, implementasi perencanaan Huaxi dapat dilakukan di setiap kabupaten/kota di DIY, dimulai dari skala kawasan. Penerapan konsep di skala kawasan dilakukan karena memiliki peluang keberhasilan yang lebih tinggi. Apabila implementasi skala kawasan berhasil, maka dapat dijadikan pilot project untuk skala perencanaan yang lebih besar.
Praktik baik ini dapat diimplementasikan di Yogyakarta apabila penduduk memiliki rasa percaya terhadap pemimpin. Rasa percaya terhadap pemimpin seharusnya merupakan kepercayaan terhadap sistem bukan orangnya, sehingga pergantian pemimpin tidak akan mempengaruhi kinerja sistem. Gotong royong merupakan modal utama untuk melengkapi kebutuhan bersama. Selain itu gotong royong di antara penduduk dapat menghasilkan dana sebagai modal koperasi, tanpa berhutang ke bank.