top of page

Sebanyak 13 kota dari berbagai penjuru dunia bersaing dalam ajang penghargaan RTCC 2013 Awards: Green City of the Year. Pemenang penghargaan kota hijau ini akan diumumkan dalam Konferensi Perubahan Iklim COP19, bulan depan (November), di Warsawa, Polandia.

 

Siapa saja mereka? Dan apa saja yang telah mereka lakukan sehingga meraih nominasi kota paling hijau sedunia? Dari Seattle di Amerika Serikat hingga kota Quito di Ekuador, semuanya memiliki semangat untuk bebas dari polusi, mengurangi emisi gas rumah kaca, melakukan efisiensi energi, hingga beralih ke sistem transportasi aktif.

 

Masih banyak inisiatif hijau lain yang dilakukan. Masing-masing kota menonjol dengan ciri khasnya masing-masing. Berikut satu per satu kota yang memeroleh nominasi RTCC (Responding to Climate Change).

1. Seattle, Amerika Serikat

Seattle adalah kota pertama yang berkomitmen mendivestasikan (mengalihkan, membebaskan) dana operasional mereka dari investasi di industri bahan bakar fosil. Tidak main-main, dana investasi yang mereka alihkan ke portofolio yang lebih bersih bernilai $1,4 miliar, sebagai bagian dari kampanye “Go Fossil Free” yang diluncurkan pada 21 Desember 2012.

 

Saat ini mereka masih terus berupaya mengalihkan seluruh dana yang mereka kelola dari industri fosil dan mengajak kota-kota lain melakukan hal yang sama.

 

Dampaknya, pada April 2013, sembilan walikota dan pemerintah kota di Amerika Serikat bergabung dengan Seattle memindahkan dana investasi mereka dari 200 perusahaan bahan bakar fosil terbesar yang bertanggung jawab atas krisis iklim.

 

2. Barcelona, Spanyol (Kota Cerdas atau Smart City)

Program Kota Cerdas Barcelona menampilkan tujuh inisiatif unggulan diantaranya adalah sistem pencahayaan pintar (smart lighting), energi pintar (smart energy), air pintar (smart water), transportasi pintar (smart transportation) dan mobilitas bebas karbon. Target ini dikombinasikan dengan perbaikan tata kota, kajian ekologi dan teknologi informasi guna meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas hidup masyarakat perkotaan.

 

Dampak program Kota Pintar Barcelona ini telah dirasakan: 50% sistem energi untuk penerangan kota telah berhasil dikontrol dari jarak jauh. Dan 12% taman-taman kota ditargetkan memiliki alat pengendali irigasi jarak jauh pada akhir 2013.

 

Barcelona juga berhasil menambah jalur sepeda dan pejalan kaki sejauh 2 kilometer dari 73 km jalur hijau yang telah tersedia. Barcelona tahun ini masuk sebagai finalis Siemens dan Cities Climate Leadership Group (C40) City Climate Leadership Awards 2013 untuk kategori Intelligent City Structure.

 

3. Suwon, Korea Selatan

September lalu, kota ini menyelenggarakan EcoMobility World Festival di wilayah Haenggung-dong, Suwon. Wilayah seluas 63 lapangan sepak bola dan dihuni oleh 4.300 penduduk ini berkomitmen meninggalkan mobil mereka di rumah (car-free) selama satu bulan. Inisiatif ini menjadikan Suwon sebagai satu-satunya kota dunia yang berhasil malaksanakan program bebas mobil selama sebulan.

 

4. Rotterdam, Belanda

Kota Pelabuhan Rotterdam atau Port of Rotterdam adalah salah satu kota yang berhasil menerapkan konsep “Smart Grid” dengan menggabungkan tenaga angin, surya dan energi rendah emisi. Inisiatif ini menjadi bagian dari Rotterdam Climate Initiative, yang diperkenalkan tahun 2006 guna mengurangi emisi CO2 hingga 50% pada 2025.

 

Pemerintah kota juga meluncurkan program adaptasi “Rotterdam Climate Proof” pada 2008 guna memersiapkan 1,3 juta penduduk kota mereka menghadapi dampak perubahan iklim pada 2025. Salah satu prasarana yang disiapkan adalah paviliun terapung yang mampu secara mandiri memenuhi kebutuhan air dan listrik.

 

5. Kota New York

Walikota New York, Michael Bloomberg meluncurkan program adaptasi “A Stronger, More Resilient New York” pada 11 Juni 2013 setelah kota ini dihantam oleh badai dahsyat Sandy. Program tersebut meliputi lebih dari 250 inisiatif guna mengurangi risiko banjir dan badai di perkotaan.

 

Sebelumnya, pada bulan April, 2013, Michael Bloomberg telah mengantungi komitmen 10 perusahaan besar (AIG, BlackRock, Bloomberg LP, Credit Suisse, Deutsche Bank, Google, Goldman Sachs, JetBlue, JP Morgan Chase, dan PVH) untuk memangkas emisi kantor mereka di New York hingga 30% pada 2030. Kesepuluh perusahaan ini bergabung dengan 17 universitas dan 11 rumah sakit di New York yang turut menandatangani “Carbon Challenge” yang diluncurkan Bloomberg pada 2007.

 

New York juga berhasil memangkas emisi gas rumah kaca sebesar 16% dari level emisi tahun 2005 pada Juni 2013. Hal ini berarti separuh dari target pengurangan emisi kota New York sebesar 30% pada 2030, telah tercapai. Tahun ini New York menempati posisi pertama dalam kategori Adaptation and Resilience dalam penghargaan Siemens dan C40 City Climate Leadership Awards 2013.

 

6. Quito, Ekuador

Quito adalah kota yang telah menggelontorkan dana hingga $350 juta untuk program adaptasi perubahan iklim, sejak program bernama Quito Climate Change Strategy diluncurkan pada Oktober, 2009.

 

Program inovatif Quito menggabungkan upaya peningkatan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat. Program-program adaptasi Quito juga menekankan pada inovasi sosial dan keadilan lingkungan (environmental justice).

 

7. Bogotá, Kolombia

Bogotá adalah kota yang berambisi menyediakan ribuan bus rendah emisi pada akhir 2014. Kota ini juga memiliki program kendaraan listrik paling ambisius di dunia.

 

Sebanyak 200 bus pengumpan (feeder) hibrida (bertenaga campuran bensin dan listrik) saat ini tengah diproduksi dan diperkirakan akan bisa digunakan pada akhir tahun ini. Bogotá juga menargetkan pengoperasian 46 taksi listrik dan mengurangi emisi gas rumah kaca dari taksi sebesar 70%.

Jaringan bus rapid transit (BRT) Bogotá yang diperkenalkan pada 2000 terus berkembang dan berhasil mengangkut 1,5 juta penumpang per hari. Pembangunan BRT tahap ketiga sepanjang 36 km saat ini masih terus berlangsung. BRT di Bogotá adalah skema transportasi pertama yang berhasil mendapatkan dana karbon di bawah Protokol Kyoto.

 

Bogotá kini bekerja sama dengan operator bus dan lembaga keuangan seperti Bank Dunia dan IDB guna memromosikan pembiayaan inovatif sehingga mampu menularkan program-program ini ke kota-kota lain. Bogotá adalah pemenang Siemens dan C40 City Climate Leadership Awards untuk kategori Urban Transportation tahun ini.

 

8. Seoul, Korea Selatan

Seoul saat ini terus bekerja keras mengurangi emisi gas rumah kaca mereka sebesar 25% pada 2020 dan 40% pada 2030 dari level tahun 1990. Caranya cukup unik, yaitu dengan meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan berbahan bakar hidrogen, menggunakan sel-sel bahan bakar (fuel cells).

Seoul menargetkan 20% kebutuhan energinya akan dipenuhi dari energi terbarukan pada 2030. Kota ini mencanangkan pembangunan 29 pembangkit listrik berbahan bakar hidrogen pada 2009. Rencana ini ditargetkan selesai pada 2014 dan menghasilkan listrik berkekuatan 190 MW (Mega Watts).

Pembangkit listrik berbahan bakar hidrogen juga akan digunakan di 102 bangunan komersial guna memasok kapasitas listrik tambahan sebesar 40 MW pada akhir 2014. Satu pembangkit listrik berbahan bakar hidrogen yang akan dibuka akhir tahun ini mampu memangkas 3.000 ton emisi CO2. Atas keberhasilannya ini, Seoul masuk sebagai finalis Siemens dan C40 City Climate Leadership Awards 2013 untuk kategori Green Energy.

 

9. Melbourne, Australia

Pada Juni 2013, Melbourne meluncurkan Smart Blocks, program online nasional guna membantu para penghuni apartemen dan pengelolanya menghemat biaya melalui program efisiensi energi. Program Smart Blocks ini diluncurkan dari tahun 2013 hingga 2016 sebagai salah satu cara mewujudkan Melbourne sebagai kota bebas karbon pada 2020.

 

Sejak tahun 2010, Melbourne juga berhasil merenovasi 1200 bangunan (10% dari seluruh bangunan di Melbourne) dan menjadikannya bangunan hijau. Melalui program tersebut, kota ini menjadi pemenang Siemens dan C40 City Climate Leadership Awards tahun ini untuk kategori Energy Efficient Built Environment.

 

10. Cape Town, Afrika Selatan

Pada 11 Maret 2013, Cape Town Local Interaction Platform, bersama dengan Western Cape Government, mengumpulkan 30 tokoh masyarakat dan meluncurkan babak kedua forum “Climate Change Think Tank”. Forum ini adalah forum berbagi ide dan solusi inovatif tiga tahunan guna menghadapi tantangan perubahan iklim, seperti kelangkaan air, ancaman badai dan ketergantungan terhadap energi kotor sebagaimana yang terjadi di Western Cape.

Cape Town juga berhasil mengimplementasikan sistem bus rapid transit (BRT) sepanjang 16 km pada 2011 di wilayah yang sebelumnya tidak memiliki sistem transportasi massal. Kota ini menjadi kota yang memiliki jalur sepeda terpanjang di Afrika yang dibangun di samping koridor BRT.

 

11. Tokyo, Jepang

Tokyo meluncurkan skema pengurangan emisi karbon perkotaan pertama di dunia pada 2010. Program ini terbukti sukses. Pada tahun pertama, sebanyak 1.159 fasilitas yang berpartisipasi, berhasil mengurangi emisi sebesar 13% dan 93% dari fasilitas-fasilitas itu kini berhasil memenuhi target 2014 lebih awal. Sebanyak lebih dari 70% juga berhasil memenuhi target 2019.

 

Tokyo juga memberikan pelatihan perubahan iklim kepada penghuni dan pemilik gedung, meminta mereka menghemat energi. Sehingga kesadaran masyarakat terhadap dampak perubahan iklim di perkotaan semakin besar.

Pada 2006, Tokyo menargetkan pengurangan emisi sebesar 25% pada 2020 dari level 2000. Tokyo menjadi pemenang Siemens dan C40 City Climate Leadership Awards 2013 untuk kategori Finance and Economic Development.

 

12. Lagos, Nigeria

Lagos adalah finalis Siemens dan C40 City Climate Leadership Awards tahun ini untuk kategori Waste Management. Pembangunan dua lokasi pembuangan sampah tertutup di Lagos diperkirakan akan mampu mengurangi lebih dari 700.000 ton emisi CO2 dalam sepuluh tahun ke depan. Kompleks pengelolaan sampah terpadu ini diperkirakan akan mulai beroperasi – untuk pembuatan kompos dan daur ulang – tahun depan, memangkas ketergantungan terhadap lokasi pembuangan sampah hingga 50%.

 

13. Kota Meksiko

Kota Meksiko menjadi kota pertama yang memiliki program transportasi perkotaan terintegrasi di dunia. Melalui program Metrobus Line 4, Kota Meksiko berhasil melayani lebih dari 50.000 penumpang setiap hari.

Diluncurkan pada April 2012, Metrobus Line 4 berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 35% – lebih banyak dibanding sistem transportasi sebelumnya. Harga tiket Metrobus Line 4 pun terjangkau. Yaitu $2 dari pusat kota ke bandara.

 

Atas keberhasilannya membangun sistem transportasi publik, fasilitas bagi pesepeda dan pejalan kaki, program perparkiran serta renovasi ruang publik, Kota Meksiko tahun ini berhasil memeroleh penghargaan Sustainable Transport Award dari Institute for Transportation and Development Policy.

 

Redaksi Hijauku.com

Tanggal Posting: 10 Oktober 2013

.

bottom of page